Lima Mahasiswa Unhas Ajak Warga Dusun Kuri Caddi Belajar Pemanfaatan Mangrove
Seluruh materi pengajaran mengenai mangrove dan ekosistem laut kami satukan dalam satu buku rancangan tim yang berjudul The Miracle of Mangrove.
Penulis: Nur Fajriani R | Editor: Ina Maharani
Nur Fajriani
Attachments12:52 PM (6 hours ago)
to me, muhammad
TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR - Dusun Kuri Caddi yang berlokasi di Desa Nisombalia, Kecamatan Marusu, Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan memiliki kekayaan alami berupa hutan mangrove dan ekosistem laut yang sangat berpotensi untuk dijadikan sebagai objek pariwisata.
Namun, hal yang menjadi kendala adalah kurangnya pengetahuan masyarakat Kuri Caddi mengenai pengelolaan hutan mangrove dan ekosistem laut.
Dengan itu, lima mahasiswa Universitas Hasanuddin (Unhas) mengajak masyarakat Dusun Kuri Caddi untuk lebih meningkatkan tingkat kepedulian dan pengetahuan.
Terhadap potensi hutan mangrove dan ekosistem laut yang ada di dusun Kuri Caddi dengan cara belajar bersama mengenai mangrove dan ekosistem laut melalui Program Kreatifitas Mahasiswa (PKM).
Dibawah bimbingan Ira Taskirawati, Ph.D, lima orang mahasiswa yang terdiri atas Andi Hurul Auni Usman sebagai ketua dan Meta Dilianti Palimbunga, Basran Nur Basir, Ma’rifa Baharuddin, serta Aswar sebagai anggota.
Dengan menjalankan program pengajaran pengelolaan hutan mangrove dan ekosistem laut berbasis internasional yang mereka namai BLUE-FOREST (Best learning by using English-card for enhancement satisfied of tourism).
Program ini dilaksanakan dari bulan April 2019 hingga Juni 2019.
Mahasiswa tersebut berasal dari dua Fakultas, yaitu Fakultas Kehutanan dan Fakultas Ilmu Kelautan Dan Perikanan.
Basran mengatakan mitra terdiri dari 10 orang masyarakat Kuri Caddi yang masih duduk dibangku sekolah maupun yang telah putus sekolah.
Masyarakat mitra ini kemudian kami sebut SLK (Sekolah Lapang Kerja).
“Materi inti kami yaitu pengelolaan hutan mangrove dan ekosistem laut. Kami mulai dengan memperkenalkan apa itu hutan mangrove, zonasi hutan mangrove, pengelolaan hutan mangrove, manfaat hutan mangrove bagi daerah pesisir, dan tidak lupa juga kami memberitahu potensi produksi jenis-jenis mangrove, sehingga mereka dengan mudah dapat melakukan pemanfaatan terhadap hutan mangrove dan ekosistem laut” katanya dalam rilis ke Tribun Timur, Minggu (16/5/2019).
Metode pengajaran yang dilakukan terbilang unik, pasalnya dalam proses pengajaran pengelolaan mangrove dan ekosistem laut, tim pelaksana mengajarkannya dalam dua bahasa, yaitu bahasa indonesia dan bahasa inggris.
Ketua tim pelaksana BLUE-FOREST Andi Hurul Auni Usman mengatakan sebelumnya, tim PKM Unhas BLUE-FOREST terlebih dahulu telah memberikan pengajaran Bahasa Inggris dengan dua metode yaitu English-card dan English speaking.
"English-card berisi vocabulary dan contoh conversation, sedangkan untuk English speaking kami menyiapkan sembilan materi yang berkenaan dengan how to speak in English,” jelasnya.
Seluruh materi pengajaran mengenai mangrove dan ekosistem laut kami satukan dalam satu buku rancangan tim yang berjudul The Miracle of Mangrove.
Buku tersebut disertai berbagai gambar mangrove dan ekosistem laut sebagai penjelas dan disajikan dalam dua bahasa, yaitu Bahasa inggris dan Bahasa Indonesia.
“Kami harapkan nantinya mereka akan menjadi penggerak perubahan bagi Dusun Kuri Caddi yang lebih baik dan dapat menjadi objek pariwisata internasional seperti tujuan utama program kami” tambah Andi Hurul.