Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Kementan Kampanye Keajaiban Pangan Lokal ke Wisatawan Candi Borobudur

Uji terhadap wisatawan mancanegara yang hadir dibuktikan mampu melangkah hingga puncak candi dengan perasaan senang dan penuh stamina.

Penulis: Desy Arsyad | Editor: Hasriyani Latif
handover
Uji terhadap wisatawan mancanegara yang hadir dibuktikan mampu melangkah hingga puncak candi dengan perasaan senang dan penuh stamina. 

TRIBUN-TIMUR.COM, MAGELANG - Memeriahkan Hari Kemerdekaan ke-73, Kementerian Pertanian berupaya membuktikan kepada khalayak dan wisatawan Borobudur akan keajaiban pangan lokal yang berdampak bagi tubuh.

Selain wisatawan lokal, sasaran diutamakan kepada turis mancanegara. Tujuannya agar setiba di negara tujuan, para wisatawan tersebut menceritakan keunggulan hasil pangan Indonesia, di antaranya kopi dan kedelai.

"Tujuan kita di sini adalah setiba di negara tujuan, para wisatawan tersebut dengan suka rela menceritakan keunggulan hasil pangan Indonesia, di antaranya kopi dan kedelai," jelas dr Hanson - Ahli Kinesiology di Magelang, Sabtu (18/8/2018).

Dalam rilis yang diterima tribun-timur.com, Senin (20/8/2018), Kinesiology adalah teknik untuk melihat kemampuan tubuh melalui respon otot. Dengan metode ini, tubuh mampu memilih makanan yang cocok dan baik melalui respon otot. Hal ini langsung di contohkan di dalam kegiatan tersebut.

Uji terhadap wisatawan mancanegara yang hadir dibuktikan mampu melangkah hingga puncak candi dengan perasaan senang dan penuh stamina.
Uji terhadap wisatawan mancanegara yang hadir dibuktikan mampu melangkah hingga puncak candi dengan perasaan senang dan penuh stamina. (handover)

Dicontohkan, peserta diminta untuk memegang beberapa foto sumber makanan yang ada kemudian dilihat bagaimana respon tubuhnya. Uniknya, jika memegang foto atau gambar sumber makanan lokal, kondisi otot berada dalam keadaan optimum atau menjadi kuat, tetapi sebaliknya pada sumber makanan yang berasal luar negeri (impor), kondisi otot menjadi melemah.

“Kinesiology akan dampak positif kopi yang ditunjukkan. Bahwa asal pangan yang baik bisa dikenali oleh tubuh. Masukan pangan yang baik dapat menguatkan tubuh, meningkatkan kepercayaan diri serta membuat tubuh jauh lebih energik. Hal sebaliknya justru melemahkan tubuh,” terangnya.

"Kita akan buktikan pangan lokal bisa membuat tubuh berpotensi kuat seperti nenek moyang dulu. Kita bisa naik turun tangga Candi Borobudur tanpa lelah, wajahnya tersenyum,” tambah dr. Hanson.

Uji terhadap wisatawan mancanegara yang hadir dibuktikan mampu melangkah hingga puncak candi dengan perasaan senang dan penuh stamina. Ketika ditanyakan pada salah satu wisatawan asal Kroasia, Renata, usai mencicipi kopi asal Indonesia dengan panduan sikap dan cara langkah yang benar, dirinya merasa langkah kakinya lebih ringan.

"Yes, I feel lighter, not tired and actually happy," ujar Renata saat melakukan beberapa step sikap tubuh dan langkah.

Hal sama diungkapkan Esad, sang suami Renata mengatakan bahwa langkahnya terasa ringan, jauh lebih baik dari sebelumnya, "I feel much better and a happy smile", ungkapnya.

Sugiono, salah seorang pegawai Bappeda yang turut mengikuti sesi berjalan mengaku ini merupakan metode terapi yang mengedepankan aspek fungsi tubuh. Dijelaskan bahwa tubuh dapat mengenali tanda ketidakseimbangan yang mempengaruhi kesehatan.

Tubuh pun dapat mengenali cara memperbaiki melalui respon otot. Input yang baik dapat mencapai keseimbangan aliran energi pada sistem tubuh. Hasil akhirnya adalah sehat pikiran dan tubuh.

"Saya seperti terbang, tidak punya lelah. Kalau mau berhenti susah itu. Seperti ada dorongan,” katanya.

Uji terhadap wisatawan yang hadir dibuktikan mampu melangkah hingga puncak candi dengan perasaan senang dan penuh stamina.
Uji terhadap wisatawan yang hadir dibuktikan mampu melangkah hingga puncak candi dengan perasaan senang dan penuh stamina. (handover)

Direktorat Jenderal Hortikultura, Suwandi optimistis program konsumsi pangan lokal Indonesia bisa menjangkau lebih banyak generasi muda. Hal ini juga berdampak positif dalam menanggulangi kebiasaan mengonsumsi pangan impor yang dianggap lebih murah.

Jika pemuda sudah sadar pentingnya mengonsumsi pangan lokal, maka kedepannya petani akan semakin sejahtera dan bahagia.

Halaman 1 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved