Waduh! Info PKI dan Ulama Dianiaya Ternyata Hoaks, Polisi Tangkap Pelakunya Muslim Cyber Army
Tunggu dulu, jangan sampai penyebar informasi itu adalah mereka yang bergabung di kelompok penyebar hoaks
Penulis: Muslimin Emba | Editor: Mansur AM
TRIBUN-TIMUR.COM - Anda pernah terpengaruh lalu emosi gara-gara mendapat berita ulama-ulama dianiaya?Atau informasi kebangkitan PKI di balik penganiayaan ulama?
Tunggu dulu, jangan sampai penyebar informasi itu adalah mereka yang bergabung di kelompok penyebar hoaks, Muslim Cyber Army (MCA).
Kepala Biro Penerangan Masyarakat Divisi Humas Polri Brigjen (Pol) Mohammad Iqbal mengatakan, isu provokatif yang disebarkan kelompok The Family Muslim Cyber Army (MCA) tak hanya soal diskriminasi SARA, tapi juga soal isu penganiayaan ulama.
Belakangan, isu tersebut merebak di media sosial dan kebanyakan kabar yang disebar adalah hoaks atau berita bohong.
"Upaya-upaya provokasi itu seperti menyampaikan isu-isu yang negatif tentang PKI, juga tentang penganiyaan ulama," ujar Iqbal di kompleks Mabes Polri, Jakarta, Selasa (27/2/2018).
Di samping itu, para pelaku juga menyebarkan ujaran kebencian terhadap presiden dan beberapa tokoh negara.
Barang bukti yang menunjukkan adanya tindak pidana tersebut juga turut disita polisi saat menangkap tersangka.
"Barang bukti beberapa alat-alat elektronik sudah kami sita untuk kepentingan penyidikan," kata Iqbal.
Di samping menyebarkan isu provokatif, tersangka juga menyebarkan konten bermuatan virus kepada orang atau kelompok tertentu.
"Kalau kena virus itu rusak alat elektronik, handphone kita bisa rusak," kata Iqbal.
Namun, belum diketahui motif kelompok MCA menyebarkan isu-isu tersebut.
Direktorat Tindak Pidana Siber Bareskrim Polri berencana merilis penangkapan tersangka beserta motifnya pada Rabu (28/2/2018).
Sebelumnya, polisi menangkap lima anggota grup WhatsApp "The Family MCA".
Kelima tersangka yang ditangkap adalah Muhammad Luth (40) di Tanjung Priok, Rizki Surya Dharma (35) di Pangkal Pinang, Ramdani Saputra (39) di Bali, Yuspiadin (24) di Sumedang, dan Romi Chelsea di Palu.
Konten-konten yang disebarkan pelaku meliputi isu kebangkitan Partai Komunis Indonesia, penculikan ulama, dan pencemaran nama baik presiden, pemerintah, hingga tokoh-tokoh tertentu.