Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Sakti dan Pemberian Seorang Kiai, Keberadaan Keris Penolak Bala Jenderal Soedirman Kini Misterius

Salah satu benda yang selalu dibawa sang jenderal semasa bergerilya adalah sebuah keris/cundrik.

Editor: Ilham Arsyam
Jenderal Soedirman 

TRIBUN-TIMUR.COM - Menyandang jabatan sebagai seorang panglima pertama TKR (kini TNI) di awal-awal kemerdekaan, tak ada yang meragukan tentang kemampuan seorang Jenderal Soedirman.

Soedirman punya keahlian militer yang mumpuni, terutama dalam hal ilmu perang gerilya.

Soedirman terkenal punya firasat dan perhitungan jitu semasa bergerilya.

Namun bukan saja kemampuan itu yang dimiliki Jenderal dari Banyumas itu.

Ada sejumlah kisah yang menceritakan Soedirman yang kala itu masih berusia 30-an tahun memiliki bermacam kesaktian yang bisa dibilang mistis.

Hal itu tak mengherankan sebab Soedirman disebut sebagai penganut aliran kejawen Sumarah.

Oleh pengikutnya, Soedirman disebut memiliki sejumlah benda pusaka yang memiliki kekuatatan magis yang bisa berguna sebagai penolak bala.

Salah satu benda yang selalu dibawa sang jenderal semasa bergerilya adalah sebuah keris/cundrik.

Anak bungsu Soedirman, Mohamad Teguh Sudirman, mengatakan keris kecil itu pemberian seorang kiai di Pacitan yang tak disebut namanya.

Suatu ketika tentara gerilyawan Soedirman terpojok, nyaris tak ada celah meloloskan diri dari kepungan pasukan Belanda.

Soedirman tiba-tiba mencabut keris itu dan mengarahkannya ke langit.

Tiba-tiba awan hitam bergulung-gulung, petir dan angin menghantam-hantam.

Hujan lebat pun turun dan membuyarkan kesolidan pengepungan Belanda dan pasukan Soedirman selamat.

Kisah lainnya. Pada sekitar bulan Januari 1949.

Pesawat Belanda yang sedang mencari-cari para gerilyawan membuat penduduk sebuah desa panik.

Pesawat tersebut bisa saja menjatuhkan bom dan peluru ke mereka.

Menurut penuturan Jirah, yang ssat itu usianya 16 tahun yang merupakan anak dari Pak Kedah, salah satu kawan jenderal Soedirman.

Waktu itu Jenderal Soedirman sedang berkunjung ke rumah Pak Kedah. Jirah menguping pembicaraan Jenderal Soedirman dan ayahnya.

Di dalam rumah Pak Kedah nampak laki-laki yang memakai beskap dikelilingi oleh beberapa orang termasuk ayahnya. Laki-laki itu biasa dipanggil Kyai Ine.

Kyai Ine mengeluarkan keris dari balik pinggangnya dan ditaruh dihadapannya.

Tangannya merapat dan mulutnya komat-kamit seakan membaca sesuatu.

Ajaib, keris itu bisa berdiri dengan ujungnya ke tas menghadap langit-langit.

Bersamaan dengan itu, terdengar bunyi pesawat Belanda yang semakin mendekat.

Lalu dimana keris itu sekarang?

Menurut penuturan teguh, keris itu ditinggalkan Soedirman di rumah penduduk.

Beberapa tahun setelah Soedirman meninggal pada 1950, Panglima Kodam V Brawijaya Kolonel Sarbini datang ke rumahnya di Kota Baru, Yogyakarta, ditemani seorang petani.

Sarbini bercerita kepada ibunya, Siti Alfiah, petani itu hendak mengembalikan keris Soedirman.

Oleh keluarga, keris itu dititipkan di Museum Soedirman di Bintaran Timur, Yogyakarta.

Sayangnya menurut Teguh, keris itu kini menghilang entah kemana.

3 jimat

Pasukan Belanda ketetran, mereka tak mampu mengenali wajah Soedirman, bahkan ketika sang jenderal berada di depan mata mareka.

Hal ini membuat seorang prajurit Soedirman heran dan menanyakan jimat sang jederal.

Diluar dugaan Soedirman memberikan jawaban yang mengejutkan.

"Saya punya tiga jimat. Jimat pertama, Saya tidak pernah lepas dari bersuci; kedua, saya selalu shalat tepat waktu; ketiga saya setiap bertindak selalu ikhlas untuk kepentingan rakyat bukan kepentingan pribadi, golongan maupun partai," katanya.

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved